TSQ (Technoscience-Spiritual Quotient) Stories
Analisi Kritis Buku
Sejarah adalah peristiwa yang sudah
terjadi, namun baru ditulis kemudian, jauh setelah kejadian sebenarnya
berlalu. Sebagai cerita masa lalu sejarah mudah untuk dimanipulasi, dan
disampaikan kepada generasi berikutnya yang hanya bisa menerima mentah-mentah
informasi itu sebagai kebenaran. Informasi
mengenai penemuan-penemuan sains dan teknologi yang pernah kita terima
kebanyakan berasal dari buku-buku pengetahuan Barat. Penemu-penemu yang
disebut sebagai yang pertama di dunia itu pun dipuji sebagai orang yang berjasa
kepada ilmu pengetahuan dan umat manusia.
Awal kemunculan dan perkembangan
sains di dunia Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah ekspansi Islam itu
sendiri. Dalam tempo sekitar 25 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad saw (632
M), kaum Muslim telah menaklukkan seluruh jazirah Arab. Ekspansi dakwah yang
diistilahkan 'pembukaan negeri-negeri' itu berlangsung pesat. Pelebaran sayap
dakwah Islam ini tentu bukan tanpa konsekuensi. Seiring dengan terjadinya
konversi massal dari agama asal atau kepercayaan lokal ke dalam Islam, terjadi
pula penyerapan terhadap tradisi budaya dan peradaban setempat. Proses
interaksi yang berlangsung alami namun intensif ini tidak lain adalah gerakan Islamisasi.
Unsur-unsur dan nilai-nilai masyarakat lokal ditampung, ditampih, dan disaring
dulu sebelum kemudian diserap. Dalam proses interaksi tersebut, kaum Muslim pun
terdorong untuk mempelajari dan memahami tradisi intelektual negeri-negeri yang
ditaklukkannya.
Sesungguhnya
tulisan-tulisan Fahmi Amhar pernah dipublikasikan di tabloid Media Umat dari
tahun 2008 hingga 2010. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai karya ilmiah oleh
karenanya penuisan buku ini tidak mencantumkan sumber referensi. Kegemilangan
yang dicapai Islam di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baik itu bidang
matematika, fisika, kimia, penerbangan, kedokteran, ekonomi, teknologi militer,
maupun tata kenegaraan dan masih banyak yang lainnya menurutnya semua
pencapaian peradaban Islam tek terlepas dari adanya keseimbangan yang luar
biasa antara budaya rasional dan transcendental, antara dunia “aqli” dan
“naqli”, dan antara kemajuan dunia dan keselamatan akherat. Namun disisi lain
Fahmi Amhar menyebutkan ilmuwan Islam berarti ilmuwan Negara khalifah. Ilmuwan
yang bersangkutan boleh jadi non muslim, atau kemurnian aqidahnya meragukan
menurut sejumlah ulama Ushuluddin. Syamsuddin Arif dalam artikelnya di Republika (23 Maret 2007)
mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang telah memungkinkan dan mendorong
kemajuan sains di dunia Islam saat itu ada lima. Pertama, berkat kesungguhan
dalam mengimani mempraktikkan ajaran Islam sebagaimana tertuang dalam Alquran dan
Sunah itu lahirlah individu-individu unggul. Kedua, adanya motivasi agama.
Ketiga adalah faktor sosial politik. Keempat adalah faktor ekonomi. Faktor
kelima, yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dan perlindungan penguasa
saat itu. Nampak jelas kekuatan spiritual Islam sebagai rahmat ke seluruh alam
merupakan salah satu faktor yang telah membangun kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi duina.
Konsep agama yang menjadi aturan
atau landasan berfikir di kedaulatan Islam terlihat dalam buku ini. Konsep
agama ini menjadikan masyarakat Islam berbudaya rasional dengan dukungan dari
pemerintah yang memberikan iklim yang kondusif dan fasilitas yang terbaik guna
berkembangnya ilmu dan teknologi. Poeradisastra (2008)
dalam bukunya yang berjudul “Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern”
mengungkapkan Khalifah Abu Ja’far Abdullah Al-Manshur mempekerjakan para
penerjemah yang menerjemahkan buku-buku kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat,
di antaranya terdapat Bakhtaisyu Kabir alias Bakhtaisyu ibnu Jurijs ibnu
Bakhtaisyu, Al-Fadzj ibnu Naubakht dan anaknya Abu Sahl Tiamdz ibnu Al-Fadzl
ibnu Naubakht, serta Abdullah ibnu Al-Muqaffa. Kebijakan-kebijakan pemerintah
terhadap dunia pendidikan telah membudayakan masyarakat Islam untuk berfikir
rasional sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berkembang
dengan pesat.
Buku TSQ Stories kaya Fahmi Amhar
ini diambil dari banyak sumber. Meskipun dalam penulisannya bukan ditujukan
sebagai karya ilmiah karena dalam penulisan pernyataan-pernyataannya tidak
selalu mencantumkan sumber referensi. Namun pernyataan-pernyataannya dapat
dibuktikan dari sumber lain. Dalam penulisannya Fahmi Amhar banyak
mengungkapkan fakta-fakta sejarah teknologi yang dicapai ilmuwan muslim dan
mengklaim sejumlah ilmuwan barat sebagai plagiator-plagiator yang mengaku-ngaku
penemuan yang sebenarnya ilmuwan muslim telah menemukannya terlebih dahulu. Agung
Sasongko dalam artikelnya di Republika (21 Oktober 2011) mengungkapkan kemajuan-kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya banyak ditemukan ilmuwan-ilmuwan Islam
yang kemudian diakui oleh barat. Semua ini merupakan pelajaran bagi umat Islam
masa kini agar lebih dapat mencintai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dapat menghidupkan kembali jiwa-jiwa ilmuwan muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar