Jumat, 11 Mei 2012

KECERDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGI BERBASIS SPIRITUAL DI MASA PERADABAN ISLAM


 TSQ (Technoscience-Spiritual Quotient) Stories

 Analisi Kritis Buku

Sejarah adalah peristiwa yang sudah terjadi, namun baru ditulis kemudian, jauh setelah kejadian sebenarnya berlalu. Sebagai cerita masa lalu sejarah mudah untuk dimanipulasi, dan disampaikan kepada generasi berikutnya yang hanya bisa menerima mentah-mentah informasi itu sebagai kebenaran. Informasi mengenai penemuan-penemuan sains dan teknologi yang pernah kita terima kebanyakan berasal dari buku-buku pengetahuan Barat. Penemu-penemu yang disebut sebagai yang pertama di dunia itu pun dipuji sebagai orang yang berjasa kepada ilmu pengetahuan dan umat manusia.
Awal kemunculan dan perkembangan sains di dunia Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah ekspansi Islam itu sendiri. Dalam tempo sekitar 25 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad saw (632 M), kaum Muslim telah menaklukkan seluruh jazirah Arab. Ekspansi dakwah yang diistilahkan 'pembukaan negeri-negeri' itu berlangsung pesat. Pelebaran sayap dakwah Islam ini tentu bukan tanpa konsekuensi. Seiring dengan terjadinya konversi massal dari agama asal atau kepercayaan lokal ke dalam Islam, terjadi pula penyerapan terhadap tradisi budaya dan peradaban setempat. Proses interaksi yang berlangsung alami namun intensif ini tidak lain adalah gerakan Islamisasi. Unsur-unsur dan nilai-nilai masyarakat lokal ditampung, ditampih, dan disaring dulu sebelum kemudian diserap. Dalam proses interaksi tersebut, kaum Muslim pun terdorong untuk mempelajari dan memahami tradisi intelektual negeri-negeri yang ditaklukkannya.
Sesungguhnya tulisan-tulisan Fahmi Amhar pernah dipublikasikan di tabloid Media Umat dari tahun 2008 hingga 2010. Buku ini tidak dimaksudkan sebagai karya ilmiah oleh karenanya penuisan buku ini tidak mencantumkan sumber referensi. Kegemilangan yang dicapai Islam di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi baik itu bidang matematika, fisika, kimia, penerbangan, kedokteran, ekonomi, teknologi militer, maupun tata kenegaraan dan masih banyak yang lainnya menurutnya semua pencapaian peradaban Islam tek terlepas dari adanya keseimbangan yang luar biasa antara budaya rasional dan transcendental, antara dunia “aqli” dan “naqli”, dan antara kemajuan dunia dan keselamatan akherat. Namun disisi lain Fahmi Amhar menyebutkan ilmuwan Islam berarti ilmuwan Negara khalifah. Ilmuwan yang bersangkutan boleh jadi non muslim, atau kemurnian aqidahnya meragukan menurut sejumlah ulama Ushuluddin. Syamsuddin Arif dalam artikelnya di Republika (23 Maret 2007) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang telah memungkinkan dan mendorong kemajuan sains di dunia Islam saat itu ada lima. Pertama, berkat kesungguhan dalam mengimani mempraktikkan ajaran Islam sebagaimana tertuang dalam Alquran dan Sunah itu lahirlah individu-individu unggul. Kedua, adanya motivasi agama. Ketiga adalah faktor sosial politik. Keempat adalah faktor ekonomi. Faktor kelima, yang tak kalah pentingnya adalah dukungan dan perlindungan penguasa saat itu. Nampak jelas kekuatan spiritual Islam sebagai rahmat ke seluruh alam merupakan salah satu faktor yang telah membangun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi duina.
Konsep agama yang menjadi aturan atau landasan berfikir di kedaulatan Islam terlihat dalam buku ini. Konsep agama ini menjadikan masyarakat Islam berbudaya rasional dengan dukungan dari pemerintah yang memberikan iklim yang kondusif dan fasilitas yang terbaik guna berkembangnya ilmu dan teknologi.  Poeradisastra (2008) dalam bukunya yang berjudul “Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Peradaban Modern” mengungkapkan Khalifah Abu Ja’far Abdullah Al-Manshur mempekerjakan para penerjemah yang menerjemahkan buku-buku kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat, di antaranya terdapat Bakhtaisyu Kabir alias Bakhtaisyu ibnu Jurijs ibnu Bakhtaisyu, Al-Fadzj ibnu Naubakht dan anaknya Abu Sahl Tiamdz ibnu Al-Fadzl ibnu Naubakht, serta Abdullah ibnu Al-Muqaffa. Kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap dunia pendidikan telah membudayakan masyarakat Islam untuk berfikir rasional sehingga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berkembang dengan pesat.
Buku TSQ Stories kaya Fahmi Amhar ini diambil dari banyak sumber. Meskipun dalam penulisannya bukan ditujukan sebagai karya ilmiah karena dalam penulisan pernyataan-pernyataannya tidak selalu mencantumkan sumber referensi. Namun pernyataan-pernyataannya dapat dibuktikan dari sumber lain. Dalam penulisannya Fahmi Amhar banyak mengungkapkan fakta-fakta sejarah teknologi yang dicapai ilmuwan muslim dan mengklaim sejumlah ilmuwan barat sebagai plagiator-plagiator yang mengaku-ngaku penemuan yang sebenarnya ilmuwan muslim telah menemukannya terlebih dahulu. Agung Sasongko dalam artikelnya di Republika (21 Oktober 2011) mengungkapkan kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya banyak ditemukan ilmuwan-ilmuwan Islam yang kemudian diakui oleh barat. Semua ini merupakan pelajaran bagi umat Islam masa kini agar lebih dapat mencintai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat menghidupkan kembali jiwa-jiwa ilmuwan muslim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar